PENELITIAN KOLEKTIF
Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Tingkat
Prestasi Belajar Siswa Di MTS Mambaussholihin Suci manyar Gresik
DOSEN PENGAMPU : MOH. ISMAIL,
M.Pd
Oleh:
KELOMPOK I
AHMAD LUTFI IRWANI
AHMAD SYARIFUDIN
AGUS SUBAKIR
AHMAD MUWAFIQ
AHMAD ZULFIKAR KAMAL
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH
(INKAFA)
SUCI MANYAR GRESIK
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Education
is the process by which the individual is taugh loyalty and conformity by which
the human mind is disciplined and developed ( Pendidikan adalah proses yang
mana seseorang diajar bersikap setia dan taat dan juga pikirannya dibina dan
dikembangkan).[1]
Pernyataan
tersebut merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam
pembinaan manusia. Artinya pendidikan sebagai suatu kegiatan pembinaan sikap
dan mental yang akan menentukan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu untuk
melestarikan bentuk tingkah laku tersebut seorang pendidik harus
mempertahankannya dengan salah satu alat pendidikan yaitu kedisiplinan.
Pendidikan
bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi
(cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup
mereka.
Pendidikan bagi bangsa yang sedang
berkembang seperti bangsa Indonesia
saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan
tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan
tertib, teratur, efektif, dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan
mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok
pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita,
sesuai dengan tujuan nasional seperti dalam alinea ke-IV Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.[2]
Pendidikan sebagai salah satu sektor
yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk
berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, di mana iman dan taqwa kepada Allah SWT menjadi sumber motivasi
kehidupan segala bidang.
Ki Hajar Dewantoro dalam Kongres
Taman Siswa yang pertama tahun 1930 menjelaskan, bahwa pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak, yang tidak dipisahkan agar dapat
menguraikan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita
didik selaras dengan dunianya.[3]
Pendidikan pada hakikatnya sesuatu
kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus.[4]
Oleh karena itu pendidikan dipandang
salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi
mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.
Mengingat sangat pentingnya
pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh hasil
yang diharapkan. Sekolah sebagai lembaga
formal merupakan tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan
pengetahuan, dan paling mudah membina generasi muda yang dilaksnakan oleh
pemerintah dan masyarakat.
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang
tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut
kurikulum, yakni:
a.
Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan
mengajar, memperbaiki dan memperdalam/memperluas tingkah laku anak/peserta
didik yang dibawa dari keluarga serta membantu mengembangkan bakat.
b.
Mengembangkan
kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar:
1.
Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan, dengan temannya sendiri dan
masyarakat sekitar.
2.
Peserta didik belajar taat kepada peraturan atau tahu
disiplin.
3.
Mempersiapkan peserta didik terjun ke masyarakat
berdasarkan norma-norma yang berlaku[5]
Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa
malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses
dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan
membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakannya. Setelah berprilaku
disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit tetapi
buahnya manis.[6]
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diri seseorang.
Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan disiplin
dalam berbagai aspek kehidupan, baik ibadah, belajar dan kegiatan lainnya
sebagaimana dalam menjalankan fardhu 'ain didalam Islam yang berupa sholat lima waktu, puasa
Ramadhan dan lain-lain semua itu sungguh merupakan suatu latihan atau yang sangat berarti untuk disiplin diri
sendiri ( self discipline).[7]
Perintah untuk
disiplin secara implisit tertulis didalam firman Allah Surat An-Nisa' ayat 103:
#sÎ*sù ÞOçFøÒs% no4qn=¢Á9$# (#rãà2ø$$sù ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNà6Î/qãZã_ 4 #sÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã úüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B (النساء: 103)
" Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu),
ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian
apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu ( sebagimana biasa )
sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang
beriman." (Q.S.An-Nisa: 103)[8]
Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang
usaha untuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab
disiplin bermakna melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya
kata disiplin itu tidak terkandung makna sekatan, tetapi juga dan latihan.[9] Untuk
itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan suatu kehidupan
yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena sifatnya yang
mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak ada
diantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap
kegiatan mereka membawa kesuksesan.
Sebagaimana uraian di atas, peneliti mengamati bahwa apabila tata tertib
atau peraturan dijalankan dengan baik oleh semua unsur (guru, murid, kepala sekolah, pegawai dan
lain-lain) maka akan dapat memberikan pengaruh positif pada prestasi belajar
siswa. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul
penelitian adalah Pengaruh Kedisiplinan
Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa Di MTS Mambaussholihin Suci manyar
Gresik
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
dalam penelitian pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar maka
rumusan masalah yang peneliti fokuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kedisiplinan siswa terhadap tingkat prestasi
belajar di MTS Mambaussholihin Suci manyar
Gresik
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan
penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kedisiplinan siswa terhadap tingkat prestasi belajar di MTs. Mambaussolihin Suci Manyar Gresik.
- Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kepedulian guru terhadap perilaku belajar siswa
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Sebagai informasi penting bagi guru tentang pengaruh
kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar di MTS maambaussholihin suci
manyar gresik.
2.
Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
tercapainya tujuan pendidikan.
3.
Sebagai dokumentasi bagi peneliti lain dalam rangka
mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1KEDISIPLINAN SISWA
2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat
awalan ke dan akhiran –an menurut kamus besar Bahasa Indonesia disiplin
mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada aturan, tata tertib dan lain
sebagainya.[1]
Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan
sebagai berikut:
a. Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra
mengemukakan: Disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untuk
melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung
jawab.[2]
b. Julie Andrews dalam Shelia Ellison and Barbara An
Barnet Ph.D berpendapat bahwa “Discipline
is a form of life training that, once experienced and when practiced, develops
an individual’s ability to control themselves”.[3]
(Disiplin adalah suatu bentuk latihan kehidupan, suatu pengalaman yang telah
dilalui dan dilakukan, mengembangkan kemampun seseorang untuk mawas diri).
c. Mahmud Yunus dalam bukunya “At
Tarbiyah wa Ta’lim” mengatakan:
االنظام هو القوة التى بها يبت المدرس فى نقوس تلاميذه روح السلوك
الحسن ويكون فيهم عادة الطاعة واحترام القوة الحاكمة والخضوع للقوانين والانقياد لها
انقيادا ينطبق على قواعد التربية كل الانطباق وهو المحور الذى تدور عليه جميع الاعمال
بالمدرسة
Artinya: (Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para
pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku dalam pribadi murid
dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan
sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang
sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah ).[4]
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang
dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di dalamnya terdapat
unsur-unsur ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang
bertujuan untuk mawas diri.
Bagi umat Islam, Al-Qur’an juga merupakan kumpulan
dari perintah-perintah dan larangan-larangan (peraturan). Peraturan ini harus
ditaati bagi umat-Nya. Dalam surat Asy-Syuura ayat 47:
(#qç7ÉftGó$# Nä3În/tÏ9 `ÏiB È@ö6s% br& uÎAù't ×Pöqt w ¨ttB ¼çms9 ÆÏB «!$# 4 …… (الشورى: 47)
Artinya: Patuhilah seruan
Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak
kedatangannya.[5]
Banyak sekali kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengisyaratkan agar umat manusia taat, patuh dan tunduk (disiplin) pada
peraturan yang ditetapkan oleh Tuhannya (Al-Qur’an ). begitu juga terhadap
waktu yang mengisyaratkan adanya kewajiban untuk disiplin. seperti halnya dalam
surat An-Nisa’ ayat 103:
#sÎ*sù ÞOçFøÒs% no4qn=¢Á9$#
(#rãà2ø$$sù ©!$# $VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur 4n?tãur
öNà6Î/qãZã_
4 #sÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJÏ%r'sù
no4qn=¢Á9$#
4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$#
ôMtR%x. n?tã
úüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B . (النساء: 103)
Artinya: Maka apabila kamu telah menyeleseikan shalat(mu), ingatlah
Allah diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.[6]
2.1.2Tujuan Disiplin Siswa
Penanaman dan penerapan sikap disiplin pendidikan tidak
dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan siswa
dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak lebih
sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab dan mempunyai
cara hidup yang baik dan teratur. sehingga dia tidak merasakan bahwa disiplin
merupakan beban tetapi disiplin merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya
menjalankan tugas sehari-hari.
Menurut Elizabet B. Hurlock bahwa tujuan seluruh
disiplin ialah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan
peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di
identifikasikan.[7] Karena
tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak
yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi metode
spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat beragam, walaupun semuanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar anak bagaimana berprilaku dengan
cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial (sekolah), tempat mereka
diidentifikasikan.
Soekarto Indra Fachrudin menegaskan bahwa tujuan dasar
diadakan disiplin adalah:
a.
Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan
mengembangkan diri dari sifat-sifat ketergantungan ketidak bertanggung jawaban
menjadi bertanggung jawab.
b.
Membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem
disiplin dan menciptakan situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar
di mana mereka mentaati peraturan yang ditetapkan[8]
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah
untuk membentuk prilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh
lingkungannya.
2.1.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi
secara otomatis atau spontan pada diri seseorang melainkan sikap tersebut
terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor tersebut yakni:
a.
Faktor Intern
Yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan, faktor-faktor tersebut meliputi:
1)
Faktor Pembawaan
Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian
besar berpusat pada pembawaannya sedangkan pengaruh lingkungan hidupnya sedikit
saja. Baik buruknya perkembangan anak. Sepenuhnya bergantung pada pembawaannya.
[9]
Pendapat itu menunjukkan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan orang bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan
dari keturunannya seperti yang dikatakan oleh John Brierly, “Heridity and environment interact in the
production of each and every character”. [10] (keturunan
dan lingkungan berpengaruh dalam menghasilkan setiap dan tiap-tiap prilaku).
2)
Faktor Kesadaran
Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran
yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. [11]
Disiplin akan lebih mudah ditegakkan bilamana timbul
dari kesadaran setiap insan, untuk selalu mau bertindak taat, patuh,
tertib,teratur bukan karena ada tekanan atau paksaan dari luar. [12]
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan jika
seseorang memiliki kesadaran atau pikirannya telah terbuka untuk melaksanakan
disiplin maka ia pun akan melakukan.
3)
Faktor Minat dan Motivasi
Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari
kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka,
cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu.[13] Sedangkan
motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.[14]
Dalam berdisiplin minat dan motivasi sangat
berpengaruh untuk meningkatkan keinginan yang ada dalam diri seseorang. Jika
minat dan motivasi seseorang dalam berdisiplin sangat kuat maka dengan
sendirinya ia akan berprilaku disiplin tanpa menunggu dorongan dari luar.
4)
Faktor Pengaruh Pola Pikir
Prof. DR. Ahmad Amin dalam bukunya “Etika” mengatakan
bahwa ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan,
maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya. [15]
Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum
tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau
keinginan. Jika orang mulai berpikir akan pentingnya disiplin maka ia akan melakukannya.
b.
Faktor Ekstern
Yaitu
faktor yang berada di luar diri orang yang bersangkutan.
Faktor ini meliputi :
(1)
Contoh atau Teladan
Teladan atau modelling adalah contoh perbuatan
dan tindakan sehari-hari dari seseorang yang berpengaruh.[16] Keteladanan
merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan
itu menyediakan isyarat-isyarat non verbal sebagai contoh yang jelas untuk
ditiru.
Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah begitu
juga menyusun suatu metodologi pendidikan namun hal itu masih tetap hanya akan
merupakan tulisan di atas kertas, selama tidak bisa terjemah menjadi kenyataan
yang hidup. [17]
Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. . (الاحزاب: 21)
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:21) [18]
Ayat tersebut
sering diangkat sebagai bukti adanya metode keteladanan Al-Qur’an. Dalam hal
ini Muhammad Qutb mengatakan bahwa diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu
bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang
sejarah masih berlangsung. [19]
Menurut DR.
H. Abudin Nata, MA. Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang
terpenting yaitu akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud dalam
bentuk tingkah laku.[20]
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa teladan
sangat berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku yang dicontohkan rasul.
(2)
Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh
oleh kata-kata yang didengar.[21] Oleh
karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk mempengaruhi seseorang agar
berdisiplin.
Menasihati berarti memberi saran-saran percobaan untuk
memecahkan suatu masalah berdasarkan keahlian atau pandangan yang objektif.[22] Dalam
Bahasa Inggris nasihat disebut advice yaitu opinion about what to do,
how to behave.[23]
pendapat tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana bertingkah laku).
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh
hati untuk mengarahkan mausia kepada ide yang dikehendaki. Sebagai contoh dalam
Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 22 yang berbunyi :
w ö@yèøgrB yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä yãèø)tGsù $YBqãBõtB Zwräø¤C . (الاسراء: 22)
Artinya: “Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain
di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan
(Allah)”.
(QS. Al-Isra’: 22). [24]
Ayat tersebut menasihatkan kepada
manusia agar tidak menyekutukan Allah.
(3)
Faktor Latihan
Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran
khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau
masalah-masalah yang akan datang.[25]
Latihan melakukan sesuatu dengan
disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil sehingga lama-kelamaan akan
terbiasa melaksanakannya, jadi dalam hal ini sikap disiplin yang ada pada
seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui latihan.
(4)
Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang menunjang
keberhasilan pendidikan yaitu lingkungan, demikian juga dalam disiplin.
Lingkungan sekolahan misalnya dalam kesehariannya siswa terbiasa melakukan
kegiatan yang tertib dan teratur karena lingkungan yang mendukung serta
memaksanya untuk berdisiplin.
(5)
Karena Pengaruh Kelompok
Pembawaan dan latihan memang sangat
berpengaruh dalam kedisiplinan, perubahan dari lahir yang ditunjang latihan
bisa dikembagkan jika terpengaruh oleh suatu kelompok yang berdisiplin, tapi
pembawaan yang baik ditunjang dengan latihan yang baik bisa jadi tidak baik
jika terpengaruh oleh suatu kelompok yang tidak baik demikian juga sebaliknya.
Seperti dikemukakan oleh Zakiyah
Daradjat dalam buku “Ilmu Jiwa Agama” bahwa para remaja sangat memperhatikan
penerimaan sosial dari teman-temannya, ingin diperhatikan dan mendapat tempat
dalam kelompok teman-temannya itulah yang mendorong remaja meniru apa yang
dibuat, dipakai dan dilakukan teman-temannya.[26]
Apa yang dikemukakan oleh Zakiyah
Daradjat menunjukkan bahwa pengaruh kelompok lebih kuat dibanding yang lain
karena tidak dapat disangkal bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan
bersosialisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.
2.2 PRESTASI BELAJAR SISWA
2.2.1
Pengertian Prestasi Belajar Siswa
Prestasi merupakan hasil dari sesuatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam
kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi
penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk
mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu
untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah kalau pencapaian prestasi itu harus
dengan jalan keuletan kerja.
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari
masing-masing individu. Pada prinsipnya setiap kegiatan harus digeluti secara
optimal.dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi maka,
beberapa ahli sepakat bahwa “prestasi” adalah “hasil” dari suatu kegiatan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi diartikan
hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/ dikerjakan dan sebagainya). [27]
Dalam Bahasa Inggris prestasi biasanya disebut dengan
“achievement” yang berasal dari kata “achieve” artinya meraih,
sedangkan “achievement” dalam Contemporary Engglish-Indonesia Dictionary
diartikan hasil atau prestasi. [28]
WJS. Poerwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya). Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi
pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan perkembangan kemajuan murid
yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada: mereka
serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[29]
Dari berbagai pengertian prestasi
yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat kita kita pahami
bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang dicapai dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja, baik indvidu maupun kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu. [30]
Belajar oleh beberapa pakar dapat diartikan sebagai berikut:
a. Drs. Thursam
Hakim, mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan yang lain.[31]
b. Menurut WS. Winkel, belajar
dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas/psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. perubahan itu bersifat
secara relatif dan berbekas.[32]
a.
Arno F Wittig,
Ph.D., mengatakan dalam buku”Theory and problem of psychology of
learning”, bahwa “Learning can be defined as any relatively permanent
change in an organism’s behavioral repertoire that accur as a result of
experience”. [33]
(Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan yang relative tetap dalam
tiap-tiap tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman).
b.
Sholeh Abdul Aziz
dan Abdul Aziz Abdul Madjid, dalam buku “ At-tarbiyah wa Turuqu tadris”
mengemukakan :
فالتعلم هو كل سلوك يؤدى الى نمو الفرد وبيائه وجعل خبرته مغايرة لما كانت عليه اولا
Artinya: Belajar
adalah setiap prilaku yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang
serta menjadikan keahliannya berubah sebagaimana yang dimiliki sebelumnya.[34]
Belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek dan
banyak seluk-beluknya, maka dari itu dapat timbul definisi-definisi yang
berbeda-beda menurut teori belajar yang dianut oleh seseorang. Namun dari
berbagai pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. [35]
Setelah menelusuri hal tersebut di atas, maka dapat
dipahami mengenai makna kata “prestasi”dan “belajar.” Prestasi pada dasarnya
adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada
dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan dalam individu,
yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang
cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
melalui kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri sendiri
individu hasil dari aktivitas dalam proses belajar yang berupa ketrampilan,
kecakapan dan pengetahuan.
2.2.2
Tujuan Prestasi Belajar Siswa
Pada dasarnya setiap manusia yang melakukan segala
aktivitas dalam kehidupannya tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Karena
dengan adanya tujuan akan menentukan arah kemana orang itu akan di bawah atau
diarahkan.
Untuk mencapai tujuan, diperlukan adanya motivasi yang
mendorong untuk berbuat. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata, dalam bukunya Psikologi
Pendidikan menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.[36] Maka
tepat sekali apabila Prof.Dr. Nasution menyatakan bahwa belajar lebih berhasil
bila dihubungkan dengan minat dan tujuan anak.[37]
Jadi dengan adanya minat dan keinginan yang kuat
seseorang akan lebih ulet dan tabah dalam menghadapi segala rintangan dalam
mencapai tujuan. Tujuan merupakan sentral dan arah yang akan dicapai, untuk
mencapai tujuan yang maksimal perlu adanya motivasi yang kuat.
Menurut Nasution ada tiga fungsi pokok
motivasi yaitu:
1.
Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau
motor yang melepas energi.
2.
Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah mana tujuan
hendak dicapai.
3.
Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa
yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan-tujuan itu dengan
menyampaikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. [38]
Dengan kekuatan motivasi itulah tujuan belajar akan
tercapai. Adapun tujuan belajar menurut para ahli pendidikan adalah:
1.
Menurut Winarno Surahmad, bahwa tujuan belajar adalah:
a.
Pengumpulan pengetahuan
b.
Penanaman konsep ketrampilan
c.
Pembentukan sikap dan perbuatan[39]
2.
Meurut Sardiman A.M,
bahwa tujuan belajar adalah:
a.
Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan fakta lain tidak
dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan, tujuan inilah yang mempunyai
kecenderungan lebih besar pengembangannya didalam kegiatan belajar. Dalam hal
ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.
b.
Penanaman Konsep Ketrampilan
Peranan konsep atau perumusan konsep-konsep, juga memerlukan suatu
ketrampilan-ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan
jasmaniah adalah ketrampilan yang dapat diamati, dilihat, sehingga akan menitik
beratkan pada ketrampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang
yang sedang belajar. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak
selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat ujung
pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, dan
ketrampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
masalah atau konsep. Ketrampilan dapat didik dengan banyak melatih
kemampuan
c.
Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan kepribadian anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan
kecakapan pengarahan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan
kepribadian guru itu sendiri sebagai contoh atau model [40]
Jadi tujuan belajar merupakan
sentral bagi setiap siswa tercapai tidaknya tujuan tersebut pada siswa itu sendiri,
bahkan dapat diketahui yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau
kegagalan kegiatan belajar itu banyak bertumpu pada siswa itu sendiri.
Sebagaimana diungkapkan oleh
Drs.Oemar Hamalik bahwa:
Kesuksesan
itu bagian besar terletak pada usaha kegiatan saudara sendiri, sudah barang
tentu faktor keamanan, minat, ketentuan, tekad untuk sukses, cita-cita yang
tinggi merupakan unsur mutlak yang bersifat mendukung usaha saudara itu.[41]
2.2.3
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Belajar adalah aktivitas
yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral
changes), baik aktual maupun potensial sampai dimanakah perubahan itu
tercapai atau berhasil baik atau tidaknya tergantung kepada bermacam-macam
faktor.
Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor yang datang dari
diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal
dari diri siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Sebagaimana pendapat Nana Sudjana bahwa hasil belajar siswa disekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[42]
Faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar ada dua macam yaitu:
a.
Faktor Internal
Faktor ini merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal
terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis
1). Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor biologis
meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu
yang bersangkutan yang perlu diperhatikan dalam faktor ini adalah: pertama
kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan, yang kedua yaitu kondisi kesehatan
fisik, kondisi fisik yang sehat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.[43]
2). Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis
yang mempengaruhui keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan
dengan kondisi mental seseorang factor tersebut meliputi :
3). Intelegensi Siswa
Intelegensi atau
tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal
akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar.[44]
.
4). Minat Siswa
Minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi belajar, hal
ini tidak usah dipertanyakan lagi. Seseorang tidak akan melakukan sesuatu
dengan baik tanpa adanya minat untuk melakukannya.[45]
5). Bakat Siswa
Bakat adalah
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan.[46]
6). Motivasi
One very
important influence on performance is motivation, wich is defined as any
condition that initiates, guides, and maintains a behavior in an organism.
Without motivation, an organism may very well fail to show a behavior that is
has learned.[47]
(sesuatu terpenting yang berpengaruh pada prestasi yaitu motivasi,
diartikan sebagai suatu kondisi yang memulai, menuntun dan memelihara tingkah
laku seseorang. Tanpa motivasi seseorang mungkin akan mengalami kegagalan untuk
menunjukkan yang telah dipelajari).
b. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang
berasal dari luar siswa. Faktor ini terdiri dari:
a. Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan ini meiputi:
1.
Faktor lingkungan keluarga
Faktor linkungan
keluarga atau rumah ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan
perkembangan pendidikan seseoramg dan keberhasilan belajar.[48]
2.
Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah
seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi
semangat belajar sisiwa. Disamping itu tata tertib dan disiplin yang ditegakkan
secara konsekwen dan konsisten juga sangat menunjang keberhasilan belajar
siswa.[49]
3.
Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat ada yang menunjang keberhasilan belajar ada juga yang menghambat.
Lingkungan atau
tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya
lembaga-lembaga non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu sedangkan
yang menghambat keberhasilan tertentu adalah tempat hiburan dan keramaian.
Kondisi masyarakat
kumuh juga bisa mempengaruhi aktivitas belajar siswa paling tidak, siswa
tersebut akan menemukan kesulitan ketika menemukan teman belajar atau berdiskusi.[50]
4. Faktor
Instrumen, faktor yang adanya dan pengubahannya direncanakan. Faktor ini
terdiri dari empat macam:
a)
Kurikulum
b)
Guru
c)
Administrasi
d)
Sarana dan fasilitas.
2.2.4
Pengaruh Kedisiplinan
Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Belajar merupakan
proses aktif. Karena itu belajar akan dapat berhasil jika dilakukan secara
rutin dan sistematis. Ciri dari suatu pelajaran yang berhasil salah satunya
dapat dilihat dari kadar belajar siswa atau disiplin belajar. Makin tinggi
disiplin belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajarya.
Pada umumnya sistem
nilai yang ditentukan dunia pendidikan ialah pencapaian prestasi belajar.
Prestasi belajar ini selanjutnya dijadikan patokan prilaku yang harus dicapai
siswa. Dengan menetapkan prestasi belajar sebagai patokan guru selalu berusaha
agar siswa mencapai patokan tersebut. Sudah barang tentu tidak semua siswa
berhasil mencapai prestasi yang telah ditetapkan, akan dipandang sebagai siswa
yang tidak atau kurang mempunyai kemampuan usaha.
Prestasi belajar
selain dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu juga dipengaruhi oleh
faktor dari lingkungan. Untuk mencapai prestasi, diperlukan sifat dan tingkah
laku seperti aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas-tugas, kesiapan
belajar, sedangkan sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu
hanya terdapat pada individual yang mempunyai disiplin tinggi, sedangkan yang
mempunyai disiplin rendah ciri-ciri tersebut tidak ada sehingga akan menghambat
dalam kegiatan belajarnya.
Jadi secara
teoritis, sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.
Dengan disiplin, setiap pelajaran akan dilakukan secara efektif dan efisien.
Suatu kegiatan dikatakan efektif, bila kegiatan ini mempunyai dampak atau
pengaruh. sedangkan dikatakan efisien jika hal maksimal dapat dicapai dengan
usaha.
Jika seseorang
telah memiliki kedisiplinan dan kebiasaan baik, maka setiap usaha yang
dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan. Berdisiplin berarti berusaha
untuk mentaati segala ketentuan yang dalam prestasi belajar dapat dicapai
dengan baik, jika ada ketaatan terhadap ketentuan ketetapan tersebut. Sehingga
dapat dikatakan, jika berdisiplin terhadap ketentuan maka akan diperoleh hasil
belajar yang maksimal.
Belajar dengan
disiplin yang terarah menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan
kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya
kemampuan belajar siswa. Dengan demikian keberhasilan siswa akan mudah tercapai
dengan baik dan memuaskan. Disiplin adalah kunci sukses keberhasilan.
Pada dasarnya
prestasi belajar merupakan akibat dari bentuk belajar terutama belajar yang
berdisiplin sehingga dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
disiplin dan prestasi belajar masing-masing saling mempengaruhi, sehingga
semakin tinggi belajar siswa, semakin besar prestasi yang akan dicapai.
Adapun disiplin yang mempengaruhi
prestasi belajar antara lain:
1. Disiplin Belajar
Asas lain dalam cara
belajar yang baik adalah disiplin. Dengan jalan disiplin untuk melalui arahan
pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang siswa mungkin
mempunyai cara belajar yang baik. Sifat bermalas-malas, keinginan mencari
gampangnya saja, keseganan untuk bersusah payah, memusatkan pikiran, kebiasaan
untuk melamun dan gangguan lainnya selalu menghantui kebanyakan pelajar.
Gangguan itu hanya bisa diatasi seoarang pelajar bila mempunyai disiplin.
Belajar setiap hari
mungkin dilakukan kalau seorang pelajar mentaati perencanaan kerja yang
tertentu. Godaan-godaan yang dimaksud menangguhkan usaha belajar sampai sudah
dekat ujian, hanya dapat dihilangkan kalau dapat mendisiplinkan dirinya
sendiri. Disiplin akan menciptakan kemauan untuk bekerja secara teratur.[51]
2. Disiplin Ibadah
Disiplin ibadah yang ditekankan yaitu sholat
tepat waktu di masjid sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an:
..... ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã úüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B . (النساء:
103)
Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.(QS. An-Nisa :103).[52]
3. Disiplin Waktu
Dr. Syekh Yusuf Al-Qordhowi
dalam bukunya, “disipin waktu” menjelaskan bahwa waktu memiliki ciri-ciri cepat
habis, waktu yang telah habis tak akan dapat kembali dan tak mungkin dapat
diganti.[53]
4. Disiplin Pribadi
Disiplin inilah yang diharapkan selalu
tertanam dalam setiap pribadi. Disiplin sebagai perwujudan disiplin yang lahir
dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur prilaku individu. Disiplin yang
mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia.
Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan
disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama. Disiplin itu tidak hidup akan
tetapi mati. Disiplin tidak akan langgeng dan cepat pudar. Disiplin yang tumbuh
adalah disiplin atas kesadaran sendiri.
5. Disiplin Kelompok
Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang
lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma
yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia. Misalnya
disiplin pada organisasi, kesatuan-kesatuan atau perkumpulan-perkumpulan
tertentu.
6. Disiplin Nasional
Disiplin nasional yakni
wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditujukan oleh seluruh lapisan
masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai-nilai yang berlaku secara nasional,
sudah menjadi milik bangsa. Dengan tekad kita dapat membangun, menciptakan
kondisi menuju suatu disiplin nasional untuk mencapai tujuan nasional, mencapai
taraf hidup dan kesejahteraan yang semakin meningkat.[54]
Berangkat dari
disiplin diatas, disiplin belajar, disiplin ibadah, disiplin waktu, disiplin
pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional maka akan berpengaruh pada
prestasi belajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
[1] Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hal: 747.
[2]
Santoso Sastropoetra, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni, Bandung, hal: 747.
[3]
Julie Andrews, "Discipline", dalam Shelia Ellison and Barbara
An Barnet Ph.D, 365 Ways to help your Children Grow, Sourcebook, Naperville,
Illinois, 1996, hal: 195.
[4]
Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, “At Tarbiyah wa Ta’lim“ Juz II,
Darussalam Pers, Ponorogo, 1991, hal: 36.
[5]
Depag RI, Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya, Surya Cipta Aksara,
Surabaya, 1993, hal: 790.
[6] Ibid,
hal: 138.
[7]
Hurlock EB, Loc. Cit, hal: 82.
[8]
Soekarto Indra Fachrudin, Administrasi Pendidikan, Tim Publikasi, FIB
IKIP Malang,1989, hal: 108.
[9] Muhammad Kasiran, Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1983, hal: 27.
[10] John Brierly, Give me A Child Until
The is Seven, Brain Stadies Early Childhood Education, The Falmer Perss,
London and Washington DC, 1994, hal: 98.
[11] Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar,
Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal: 152.
[12] Soegeng Prijodarminto, Loc. Cit.
[13] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di
Sekolah-Sekolah, CV. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hal:46.
[14] Tursan Hakim, Belajar Secara Efektif,
Puspa Swara, Jakarta, 2001, hal: 26.
[15] Ahmad Amin, Etika, Bulan Bintang,
Jakarta, 1975, hal: 30.
[16] Charles
Schaefer, Op. Cit., hal:14.
[17] Muhammad Qutb, Op. Cit., hal: 67.
[18] Depag RI, Op. Ci.t, hal: 670.
[19] Muhammad Qutb, Op. Cit., hal: 325.
[20] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,
Logos, Jakarta, 2001, hal: 95.
[21] Muhammad Qutb,Op. Cit., hal: 334.
[22]
Charles Schaefer, Op. Cit., hal:130.
[23] AS Horby, Oxford Advanced Dictionary
of Current English, Oxford University Press, Oxford, 1986, hal: 14.
[24] Depag RI, Op. Cit., hal: 223.
[25] Charles Schaefer, Op. Cit., hal: 176.
[26] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,
Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm: 88.
[27] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Op. Cit., hal: 787.
[28] Peter Salim, The Contemporary
English-Indonesia Dictonary, Modern English Press, Jakarta, 1986, hal: 18.
[29] Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya, 1994, hal: 20-21
[30] Ibid,
hal: 21.
[31] Thursan Hakim, Op. Cit.,
hal: 1.
[32] WS. Winkel, Psikologi Pengajaran,
Gramedia, Jakarta 1989, hal: 36.
[33] Arno F. Wittig, Psychology of
Learning, M.C Grow-Hill Book Company, 1997, hal: 2.
[34] Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul
Madjid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris, Darul ma’arif. Mesir, 1919, hal: 179.
[35] Slameto, Op. Cit., hal: 2.
[36] Sumadi Suryabrata, Psikologi
Pendidikan,Rajawali Press, Jakarta, 199, hal: 70.
[37] Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar,
Jemmare, Bandung, 1986, hal: 65.
[38] Ibid,
hal: 79-80.
[39] Winarno Surahmad, Pengantar Interaksi
Proses Belajar Mengajar, Tarsito, Bandung, 1986, hal: 65.
[40] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Rajawali Pers, Jakarta,
Cet 3, 1992, hal: 28-29.
[41] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan
Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1983, hal: 2.
[42] Nana Sudjana, Op. Cit., hal: 39.
[43] Thursan Hakim, Op. Cit., hal: 11.
[44] Ibid, hal: 13.
[45] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal: 136.
[46]
Muhibbin Syah, Op. Cit., hal: 135.
[47]
Arno F. Wittig, Op. Cit., hal: 3.
[48]
Thursan Hakim, Op.Cit., hal: 17.
[49] Ibid,
hal: 18.
[50] Muhibbin Syah, Op. Cit.,
hal: 137.
[51] The Liang Gie, Op. Cit., hal: 59.
[52] Depag RI, Op. Cit., hal: 138.
[53] Syekh Yusuf Al-Qordhawi, Disiplin
Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim, Penerjemah M. Qodirun Nur, Ramadhani,
Solo, 1989, hlm: 25.
[54] Soegeng Prijodarminto, Op. Cit., hlm: 26.
[1] Tim
Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Usaha Sosial,
Surabaya, 1981,
hal: 83.
[2] Fuad
Hasan, Dasar-dasar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal: 2.
[3] Ibid, hal: 5.
4 Ahmadi, A. . Uhbiyati, Nur, Ilmu
Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta,
1991, hal: 70.
[5] Ibid, hal: 163.
[6] Drs.
Agus Suejanto, Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, Aksara Baru, 1990,
hal: 70.
[7] K.H.
Zainudin Fannani, Hakikat Disiplin, Dalam Buletin An-Nada, Nomer 1,
Tahun 1, November 1991.
[8]
Depag RI, Al-Qur'an
Al-Karim dan Terjemahannya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1993, hal: 138.
[9] Prof.
Dr. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995, hal: 117.
No comments:
Post a Comment