MAKALAH
PSIKOLOGI REMAJA
Di
susun Oleh :
Fadlilatin
Khoiriyah
Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri
Tahun
Pelajaran 2011 – 2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,
berkat rahmat serta karunia-Nya saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Makalah ini saya susun untuk memenhi tugas psikologi dari Ibu
Roudlotul djannah,S.Psi.,MM.
Makalah ini berisi masalah-masalah yang kini
marak di kalangan remaja seperti merokok, seks bebas, narkoba dan minuman
keras. Dan bagaimana perkembangan psikologinya. Disebutkan juga akibat atau
bahaya penyimpangan remaja tersebut.
Saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu tersusunya makalah ini. Diantaranya guru pembimbing saya,
orang tua saya, serta teman- teman saya yang setia memberikan saran pada
penyusunan makalah saya ini. Namun demikian makalah saya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Demikian harapan saya dengan tersusunya makalah
saya ini, agar kita dapat mengambil pelajaran yang baik dan tidak terjerumus
pada hal-hal yang merugikan. Terutama di kalangan remaja.
Gresik,
28 september 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
1.
Kata
pengantar………………………………………… i
2.
Daftar
isi………………………………………...…….. ii
3.
Bab I
pendahuluan
a.
Latar
belakang...…………………………...……… 1
b.
Rumusan
masalah…………………………………. 1
c.
Tujuan
…………………………………………….. 1
4.
Bab II
Pembahasan materi
a.
Masa
remaja………………………………………... 2
b.
Remaja dan
rokok………………………………….. 5
c.
Penyimpangan
seks pada remaja…………………… 6
d.
Remaja dan
penyalahgunaan miras dan narkoba…... 8
e.
Menangani masalah
yang terjadi pada remaja……... 10
5.
Bab III
Penutup
a.
Kesimpulan………………………………………… 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hal yang menarik buat saya dari remaja-remaja saat ini yaitu mengenai
perkembangan psikologinya. Karena masa remaja adalah masa-masa yang sangat
berharga, yang menjadi ujung tombak perkembangan mental menuju kedewasaan.
Dimana nantinya remaja-remaja ini lah yang akan menjadi pewaris bangsa,
memimpin serta menjaga bangsa ini.
Maka dari situlah saya mulai ingin tahu hal-hal yang menyangkut tumbuh
kembang remaja termasuk psikologinya. Agar kita semua dapat mempelajari hal-hal
yang sebaiknya kita lakukan dan menghindari hal-hal yang kurang baik untuk
perkembangan remaja.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja
masalah-masalah penyimpangan remaja yang dapat mempengaruhi perkembangan
psikologinya?
2.
Apa saja
penyebab-penyebab penyimpangan tersebut?
3.
Apa saja
hal-hal yang dapat di lakukan agar tidak terjadi penyimpangan pada remaja?
C. TUJUAN
1. Agar kita dapat mengetahui jenis-jenis penyimpangan
pada remaja
2. Agar kita dapat mengetahui penyebab-penyebab
penyimpangan remaja.
3. Agar kita mengetahui hal-hal yang dapat kita lakukan
untuk mencegah terjadianya penyimpangan remaja.
BAB
II
PEMBAHASAN
STUDI KASUS PSIKOLOGI REMAJA
1.
MASA REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan
ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian
remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18)
kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak
berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun
tidak berarti ia sudah biasa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi
dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola
perkembangan yang pasti.
Dalam perkembangannya seringkali mereka
menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di
lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Memang banyak
perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai
dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu
dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi dimensi tersebut.
A.
Dimensi Biologis
Pada
saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas,
hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins
atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan,
yaitu:
1). Follicle-Stimulating Hormone
(FSH)
2). Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak
perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone:
dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang
juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang
pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon
tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif.
Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang dan
lain – lain. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan
fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.
Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.
B.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam
pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period
of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang
(termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang
belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal
ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu
operasional konkrit, dimana pola piker yang digunakan masih sangat sederhana
dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan system pendidikan
di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar satu arah
(ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung
masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak
supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu
untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
C.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak
lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan
pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.
Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang
selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek
dalammelihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam
suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir
dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap
"pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama
ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan
sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa
remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi
itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu
kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah
masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja
untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau
pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik
tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan
orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternative jawaban dari
hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan
memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru”
memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan
oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
D.
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh
gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat
cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar
biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang
sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan
sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah
psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa
remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri
mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang
lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu
mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri.
Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan
(self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik
dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan
ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia
percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra
akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan
“hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan
sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan
mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu
sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka
selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat
inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan
impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka.
Tindakan impulsif sering dilakukan;
sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang
lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa
percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai
dasar pembentukan jatidiri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan
penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan
lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja
sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”;
berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan
oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola
ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka
terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini.
Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada
remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti –
ganti pasangan dan seperti balapan,
selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku
yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika
fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap,
perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.
2.
REMAJA DAN ROKOK
Di
masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang –
orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan
(anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan ( reliefing beliefs),
dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive
beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama
dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok
sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja
Merokok
1. Pengaruh 0rangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok
adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman
fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2.
Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya
adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya
atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut
yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu
pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3.
Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah
(Atkinson, 1999).
4.
Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan
elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun
IX,1991).
3. PENYIMPANGAN
SEKS PADA REMAJA
Kita telah ketahui bahwa kebebasan
bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan
"jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak
pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita
inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi,
dan tentu saja ada yang bersikap terpuji. benar agar kita tidak terjerumus ke
pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi
bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja
itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada
diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Salah satu masalah yang sering timbul
pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja
adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi
apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami
kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak
sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini
terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan
dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana
siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan
siswi tersebut. dan juga membebani sumber-sumber
kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa
sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang Hal tersebut terjadi
jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat
ini mendapat perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya
membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat keluarga berencana, perbedaan
budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja
akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan
yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS
A.
Remaja dan HIV/AIDS
HIV adalah
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan virus penyebab AIDS yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome yang merupakan kumpulan dari beberapa gejala akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV sehingga orang yang
telah terinfeksi HIV mudah diserang berbagai penyakit yang bisa mengancam
hidupnya.
Penularan virus HIV ternyata menyebar
sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda. PenIularan HIV di Indonesia
terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman. Dari beberapa penelitian
terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang
sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum
suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai Narkoba dan
melalui transfusi darah. Lebih dari 75% kasus infeksi HIV di kalangan remaja
terjadi di kalangan pengguna narkotika.
Beberapa
penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
1. Kurangnya
informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang
bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan
adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga remaja
seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi
yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko,
termasuk penularan HIV/AIDS.
2. Perubahan
fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini
mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk
melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
3. Adanya
informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks,
alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak
atau elektronik.
4. Adanya
tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan
bahwa mereka adalah jantan.
5. Resiko HIV/AIDS sukar
dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDSmempunyai periode inkubasi yang panjang,
gejala awalnya tidak segera terlihat.
6. Informasi
mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di
kalangan remaja.
7. Remaja pada
umumnya kurang akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang
dewasa.
- HIV tidak menular melalui
1. Gigitan nyamuk atau serangga lain
2. Keringat, Sentuhan, Pelukan, ataupun
Ciuman
3. Berenang bersama
4. Terpapar batuk atau bersin
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat
makan bersama
6. Memakai toilet bergantian
4.
REMAJA DAN PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS DAN
NARKOBA
A.
Definisi dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba
(singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang
jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun
disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku
seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi ) fisik dan
psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan ketergantungan.
B.
Yang termasuk
jenis Narkotika adalah :
- Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
- Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
C.
Zat yang
termasuk psikotropika antara lain:
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon,
Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat,
Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi,Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis
Diethylamide), dsb.
D.
Bahan Adiktif
berbahaya
Bahan-bahan
alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat,seperti:Alkohol.
Alkohol
adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecilmungkin
mempunyai efek stimulasi ringan.
E.
Pengaruh Alkohol Terhadap Tubuh (Fisik dan Mental)
1.
Jangka pendek.
Walaupun pengaruh terhadap
individu berbeda – beda, terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam
darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) dan efeknya. Euphoria ringan dan
stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi
alkohol di dalam darah. Sayangnya orang banyak beranggapan bahwa penampilan
mereka menjadi lebih baik dan mereka mengabaikan efek buruknya.\
2.
Resiko intoksikasi (”mabuk”)
Gejala intoksikasi alkohol yang
paling umum adalah ”mabuk”, ”teler” sehingga dapat menyebabkan cedera dan
kematian. Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol
yang berat demikian juga henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka
pendek alkohol dapat menyebabkan hilangny produktifitas kerja (misalnya ”teler,
kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku
kriminal. 70 % dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak
kekerasan dan lebih dari 40 % kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alcohol.
3.
Pengaruh Jangka Panjang
ü Kerusakan
jantung
ü Tekanan Darah
Tinggi
ü Stroke
ü Kerusakan hati
ü Kanker saluran
pencernaan
ü Gangguan
pencernaan lainnya (misalnya tukak lambung)
ü Impotensi dan
berkurangnya kesuburan
ü Meningkatnya
resiko terkena kanker payudara
ü Kesulitan tidur
ü Kerusakan otak
dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan
ü Sulit dalam
mengingat dan berkonsentrasi
Sebagai tambahan terhadap masalah
kesehatan, alkohol juga berdampak terhadap
hubungan sesama,
finansial, pekerjaan, dan juga menimbulkan masalah hukum
4. Berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan
menjadi tiga:
a.
Depresan
menekan sistem sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan
bisamembuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bias mengakibatkan
kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya
seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular.sekarang adalah Putaw.
b.
Stimulan
Merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan:
Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah
Shabu-shabu dan Ekstasi.
c.. Halusinogen
Mengubah daya persepsi atau mengakibatkan
halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari
kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada jugayang diramu di
laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau
ganja.
5. Dampak
Penyalahgunaan Narkoba
a.
Dampak fisik
1. Gangguan pada system syaraf
(neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan
syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran
darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis)
seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner)
seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan
paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan
muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi
pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum
suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum
ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat
fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh
untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
b.
Dampak psikis
1. Lamban kerja,
ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang
kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif,
menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit
berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung
menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c.
Dampak sosial
1. Gangguan
mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan
dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan
menjadi terganggu, masa depan suram.
5. MENANGANI
MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA
Selain
ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang
disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja
seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar,
depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai
pihak
mengingat remaja
merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa
ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk
mencegah meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
a.
Peran
Orangtua :
· pola Menanamkan asuh yang baik pada
anak sejak prenatal dan balita
· Membekali anak
dengan dasar moral dan agama
· Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
· Menjalin
kerjasama yang baik dengan guru
· Menjai tokoh panutan bagi anak baik
dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
· Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak
· Hindarkan anak
dari NAPZA
b.
Peran
guru
· Bersahabat
dengan siswa
· Menciptakan
kondisi sekolah yang nyaman
· Memberikan keleluasaan siswa untuk
mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
· Menyediakan
sarana dan prasarana bermain dan olahraga
· Meningkatkan
peran dan pemberdayaan guru BP
· Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
· Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
· Meningkatkan
keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
· Mewaspadai
adanya provokator
· Mengadakan
kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
· Menciptakan kondisi sekolah yang
memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual
dan sosial
· Meningkatkan
deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
c.
Peran
Pemerintah dan masyarakat :
· Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
· Menyediakan sarana/prasarana yang
dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
· Menegakkan
hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
· Memberikan
keteladanan
· Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan
peraturan dan hukumnya secara tegas
· Lokasi sekolah
dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
d.
Peran
Media :
· Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
· Sampaikan
berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
· Adanya rubrik khusus dalam media masa
(cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
No comments:
Post a Comment