Daftar Menu

Loading...

Friday, 23 November 2012



PENELITIAN KOLEKTIF

Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa Di MTS Mambaussholihin Suci  manyar Gresik


DOSEN PENGAMPU : MOH. ISMAIL, M.Pd





 














Oleh:

KELOMPOK I

AHMAD LUTFI IRWANI
AHMAD SYARIFUDIN
AGUS SUBAKIR
AHMAD MUWAFIQ
AHMAD ZULFIKAR KAMAL


FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
SUCI MANYAR GRESIK
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Education is the process by which the individual is taugh loyalty and conformity by which the human mind is disciplined and developed ( Pendidikan adalah proses yang mana seseorang diajar bersikap setia dan taat dan juga pikirannya dibina dan dikembangkan).[1]
            Pernyataan tersebut merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa  penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam pembinaan manusia. Artinya pendidikan sebagai suatu kegiatan pembinaan sikap dan mental yang akan menentukan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu untuk melestarikan bentuk tingkah laku tersebut seorang pendidik harus mempertahankannya dengan salah satu alat pendidikan yaitu kedisiplinan.
            Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi  sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
            Pendidikan bagi bangsa yang sedang berkembang seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntunan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif, dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional seperti dalam alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.[2]
            Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, di mana iman dan taqwa kepada Allah SWT menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang.
            Ki Hajar Dewantoro dalam Kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930 menjelaskan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak, yang tidak dipisahkan agar dapat menguraikan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.[3]
            Pendidikan pada hakikatnya sesuatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.[4]
            Oleh karena itu pendidikan dipandang salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi masa depan.
            Mengingat sangat pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Sekolah sebagai lembaga  formal merupakan tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah membina generasi muda yang dilaksnakan oleh pemerintah dan masyarakat.
             Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum, yakni:
a.    Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki dan memperdalam/memperluas tingkah laku anak/peserta didik yang dibawa dari keluarga serta membantu mengembangkan bakat.
b.    Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar:
1.      Peserta didik dapat bergaul dengan  guru, karyawan, dengan temannya sendiri dan masyarakat sekitar.
2.      Peserta didik belajar taat kepada peraturan atau tahu disiplin.
3.      Mempersiapkan peserta didik terjun ke masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku[5]
Belajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengan disiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwa disiplin itu pahit tetapi buahnya manis.[6] Dari pernyataan tersebut  dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diri seseorang.
Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan disiplin dalam berbagai aspek kehidupan, baik ibadah, belajar dan kegiatan lainnya sebagaimana dalam menjalankan fardhu 'ain didalam Islam yang berupa sholat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain semua itu sungguh merupakan suatu latihan atau  yang sangat berarti untuk disiplin diri sendiri ( self discipline).[7]
Perintah untuk disiplin secara implisit tertulis didalam firman Allah Surat An-Nisa' ayat 103:
#sŒÎ*sù ÞOçFøŠŸÒs% no4qn=¢Á9$# (#rãà2øŒ$$sù ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNà6Î/qãZã_ 4 #sŒÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B (النساء: 103)
" Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu ( sebagimana biasa ) sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman." (Q.S.An-Nisa: 103)[8]

Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang usaha untuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermakna melatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak terkandung makna sekatan, tetapi juga  dan latihan.[9] Untuk itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan suatu kehidupan yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karena sifatnya yang mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak ada diantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap kegiatan mereka membawa kesuksesan.
Sebagaimana uraian di atas, peneliti mengamati bahwa apabila tata tertib atau peraturan dijalankan dengan baik oleh semua unsur  (guru, murid, kepala sekolah, pegawai dan lain-lain) maka akan dapat memberikan pengaruh positif pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian adalah Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa Di MTS Mambaussholihin Suci manyar Gresik

1.2. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar maka rumusan masalah yang peneliti fokuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kedisiplinan siswa terhadap tingkat prestasi belajar di MTS Mambaussholihin Suci manyar Gresik
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah:
  1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kedisiplinan siswa terhadap tingkat prestasi belajar di MTs. Mambaussolihin Suci Manyar Gresik.
  2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kepedulian guru  terhadap perilaku belajar siswa
1.4. Manfaat Penelitian
1.    Sebagai informasi penting bagi guru tentang pengaruh kedisiplinan siswa terhadap prestasi belajar di MTS maambaussholihin suci manyar gresik.
2.    Sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan tercapainya tujuan pendidikan.
3.    Sebagai dokumentasi bagi peneliti lain dalam rangka mengadakan penelitian lebih lanjut.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1KEDISIPLINAN SISWA
2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Siswa
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang mendapat awalan ke dan akhiran –an menurut kamus besar Bahasa Indonesia disiplin mempunyai arti ketaatan dan kepatuhan pada aturan, tata tertib dan lain sebagainya.[1]
Secara istilah disiplin oleh beberapa pakar diartikan sebagai berikut:
a. Keith Davis dalam Drs. R.A. Santoso Sastropoetra mengemukakan: Disiplin diartikan sebagai pengawasan terhadap diri pribadi untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau diterima sebagai tanggung jawab.[2]
b. Julie Andrews dalam Shelia Ellison and Barbara An Barnet Ph.D  berpendapat bahwa “Discipline is a form of life training that, once experienced and when practiced, develops an individual’s ability to control themselves”.[3] (Disiplin adalah suatu bentuk latihan kehidupan, suatu pengalaman yang telah dilalui dan dilakukan, mengembangkan kemampun seseorang untuk mawas diri).


c.  Mahmud Yunus dalam bukunya “At Tarbiyah wa Ta’lim” mengatakan:
االنظام هو القوة التى بها يبت المدرس فى نقوس تلاميذه روح السلوك الحسن ويكون فيهم عادة الطاعة واحترام القوة الحاكمة والخضوع للقوانين والانقياد لها انقيادا ينطبق على قواعد التربية كل الانطباق وهو المحور الذى تدور عليه جميع الاعمال بالمدرسة
Artinya: (Disiplin adalah kekuatan yang ditanamkan oleh para pendidik untuk menanamkan dalam jiwa tentang tingkah laku dalam pribadi murid dan bentuk kebiasaan dalam diri mereka, tunduk dan patuh dengan sebenar-benarnya pada aturan-aturan yang sesuai dengan prinsip pendidikan yang sesungguhnya yaitu inti yang dijalankan pada setiap aktivitas sekolah ).[4]

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsur  ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk mawas diri.
Bagi umat Islam, Al-Qur’an juga merupakan kumpulan dari perintah-perintah dan larangan-larangan (peraturan). Peraturan ini harus ditaati bagi umat-Nya. Dalam surat Asy-Syuura ayat 47:
(#qç7ŠÉftGó$# Nä3În/tÏ9 `ÏiB È@ö6s% br& uÎAù'tƒ ×Pöqtƒ žw ¨ŠttB ¼çms9 šÆÏB «!$# 4 …… (الشورى: 47)
Artinya:  Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya.[5]

Banyak sekali kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat manusia taat, patuh dan tunduk (disiplin) pada peraturan yang ditetapkan oleh Tuhannya (Al-Qur’an ). begitu juga terhadap waktu yang mengisyaratkan adanya kewajiban untuk disiplin. seperti halnya dalam surat An-Nisa’ ayat 103:
#sŒÎ*sù ÞOçFøŠŸÒs% no4qn=¢Á9$# (#rãà2øŒ$$sù ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNà6Î/qãZã_ 4 #sŒÎ*sù öNçGYtRù'yJôÛ$# (#qßJŠÏ%r'sù no4qn=¢Á9$# 4 ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B . (النساء: 103)
Artinya: Maka apabila kamu telah menyeleseikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu duduk dan diwaktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.[6]


2.1.2Tujuan Disiplin Siswa
Penanaman dan penerapan sikap disiplin pendidikan tidak dimunculkan sebagai suatu tindakan pengekangan atau pembatasan kebebasan siswa dalam melakukan perbuatan sekehendaknya, akan tetapi hal itu tidak lebih sebagai tindakan pengarahan kepada sikap yang bertanggung jawab dan mempunyai cara hidup yang baik dan teratur. sehingga dia tidak merasakan bahwa disiplin merupakan beban tetapi disiplin merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya menjalankan tugas sehari-hari.
Menurut Elizabet B. Hurlock bahwa tujuan seluruh disiplin ialah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di identifikasikan.[7] Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula satu falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk mempengaruhi cara menanamkan disiplin. Jadi metode spesifik yang digunakan di dalam kelompok budaya sangat beragam, walaupun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajar anak bagaimana berprilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial (sekolah), tempat mereka diidentifikasikan.                
Soekarto Indra Fachrudin menegaskan bahwa tujuan dasar diadakan disiplin adalah:
a.       Membantu anak didik untuk menjadi matang pribadinya dan mengembangkan diri dari sifat-sifat ketergantungan ketidak bertanggung jawaban menjadi bertanggung jawab.
b.      Membantu anak mengatasi dan mencegah timbulnya problem disiplin dan menciptakan situasi yang favorebel bagi kegiatan belajar mengajar di mana mereka mentaati peraturan yang ditetapkan[8]

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah untuk membentuk prilaku seseorang ke dalam pola yang disetujui oleh lingkungannya.


2.1.3        Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Kedisiplinan bukan merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau spontan pada diri seseorang melainkan sikap tersebut terbentuk atas dasar beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor tersebut yakni:
a.             Faktor Intern
Yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, faktor-faktor tersebut meliputi:
1)      Faktor Pembawaan
Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian besar berpusat pada pembawaannya sedangkan pengaruh lingkungan hidupnya sedikit saja. Baik buruknya perkembangan anak. Sepenuhnya bergantung pada pembawaannya. [9]
Pendapat itu menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan orang bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan dari keturunannya seperti yang dikatakan oleh John Brierly,  “Heridity and environment interact in the production of each and every character”. [10] (keturunan dan lingkungan berpengaruh dalam menghasilkan setiap dan tiap-tiap prilaku).
2)      Faktor Kesadaran
Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran yang telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. [11]
Disiplin akan lebih mudah ditegakkan bilamana timbul dari kesadaran setiap insan, untuk selalu mau bertindak taat, patuh, tertib,teratur bukan karena ada tekanan atau paksaan dari luar. [12]
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan jika seseorang memiliki kesadaran atau pikirannya telah terbuka untuk melaksanakan disiplin maka ia pun akan melakukan.
3)      Faktor Minat dan Motivasi
Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.[13] Sedangkan motivasi adalah suatu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.[14]
Dalam berdisiplin minat dan motivasi sangat berpengaruh untuk meningkatkan keinginan yang ada dalam diri seseorang. Jika minat dan motivasi seseorang dalam berdisiplin sangat kuat maka dengan sendirinya ia akan berprilaku disiplin tanpa menunggu dorongan dari luar.
4)      Faktor Pengaruh Pola Pikir
Prof. DR. Ahmad Amin dalam bukunya “Etika” mengatakan bahwa ahli ilmu jiwa menetapkan bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka perbuatan berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya. [15]
Pola pikir yang telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan. Jika orang mulai berpikir akan pentingnya disiplin maka ia akan melakukannya.
b.      Faktor Ekstern
                  Yaitu faktor yang berada di luar diri orang yang bersangkutan.
Faktor ini meliputi :
(1)   Contoh atau Teladan
Teladan atau modelling adalah contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari dari seseorang yang berpengaruh.[16] Keteladanan merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan itu menyediakan isyarat-isyarat non verbal sebagai contoh yang jelas untuk ditiru.
Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah begitu juga menyusun suatu metodologi pendidikan namun hal itu masih tetap hanya akan merupakan tulisan di atas kertas, selama tidak bisa terjemah menjadi kenyataan yang hidup. [17]
      Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. . (الاحزاب: 21)

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:21) [18]

 Ayat tersebut sering diangkat sebagai bukti adanya metode keteladanan Al-Qur’an. Dalam hal ini Muhammad Qutb mengatakan bahwa diri Nabi Muhammad, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. [19]
Menurut DR. H. Abudin Nata, MA. Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting yaitu akhlak yang termasuk dalam kawasan efektif yang terwujud dalam bentuk tingkah laku.[20]
Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa teladan sangat berpengaruh dalam pembentukan tingkah laku yang dicontohkan rasul.
(2)   Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar.[21] Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup untuk mempengaruhi seseorang agar berdisiplin.
Menasihati berarti memberi saran-saran percobaan untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan keahlian atau pandangan yang objektif.[22] Dalam Bahasa Inggris nasihat disebut advice yaitu opinion about what to do, how to behave.[23] pendapat tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana bertingkah laku).
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan mausia kepada ide yang dikehendaki. Sebagai contoh dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 22 yang berbunyi :

žw ö@yèøgrB yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä yãèø)tGsù $YBqãBõtB Zwräøƒ¤C . (الاسراء: 22)

Artinya: “Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)”.
                (QS. Al-Isra’: 22). [24]

Ayat tersebut menasihatkan kepada manusia agar tidak menyekutukan Allah.
(3)   Faktor Latihan
Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau masalah-masalah yang akan datang.[25]
Latihan melakukan sesuatu dengan disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil sehingga lama-kelamaan akan terbiasa melaksanakannya, jadi dalam hal ini sikap disiplin yang ada pada seseorang selain berasal dari pembawaan bisa dikembangkan melalui latihan.
(4)   Faktor Lingkungan
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan yaitu lingkungan, demikian juga dalam disiplin. Lingkungan sekolahan misalnya dalam kesehariannya siswa terbiasa melakukan kegiatan yang tertib dan teratur karena lingkungan yang mendukung serta memaksanya untuk berdisiplin.

(5)   Karena Pengaruh Kelompok
Pembawaan dan latihan memang sangat berpengaruh dalam kedisiplinan, perubahan dari lahir yang ditunjang latihan bisa dikembagkan jika terpengaruh oleh suatu kelompok yang berdisiplin, tapi pembawaan yang baik ditunjang dengan latihan yang baik bisa jadi tidak baik jika terpengaruh oleh suatu kelompok yang tidak baik demikian juga sebaliknya.
Seperti dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat dalam buku “Ilmu Jiwa Agama” bahwa para remaja sangat memperhatikan penerimaan sosial dari teman-temannya, ingin diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-temannya itulah yang mendorong remaja meniru apa yang dibuat, dipakai dan dilakukan teman-temannya.[26]
Apa yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat menunjukkan bahwa pengaruh kelompok lebih kuat dibanding yang lain karena tidak dapat disangkal bahwa manusia sebagai makhluk sosial dan bersosialisasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.

2.2 PRESTASI BELAJAR SISWA
2.2.1        Pengertian Prestasi Belajar Siswa
Prestasi merupakan hasil dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah kalau pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja.
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan dari masing-masing individu. Pada prinsipnya setiap kegiatan harus digeluti secara optimal.dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi maka, beberapa ahli sepakat bahwa “prestasi” adalah “hasil” dari suatu kegiatan.   
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi diartikan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/ dikerjakan dan sebagainya). [27]
Dalam Bahasa Inggris prestasi biasanya disebut dengan “achievement” yang berasal dari kata “achieve” artinya meraih, sedangkan “achievement” dalam Contemporary Engglish-Indonesia Dictionary diartikan hasil atau prestasi. [28]
WJS. Poerwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi adalah penilaian pendidikan perkembangan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada: mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.[29]
Dari berbagai pengertian prestasi yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat kita kita pahami bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik indvidu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. [30]
Belajar oleh beberapa pakar dapat diartikan sebagai berikut:
a. Drs. Thursam Hakim, mendefinisikan belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan yang lain.[31]
b. Menurut WS. Winkel, belajar dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.[32]
a.         Arno F Wittig, Ph.D., mengatakan dalam buku”Theory and problem of psychology of learning”, bahwa “Learning can be defined as any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accur as a result of experience”. [33] (Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan yang relative tetap dalam tiap-tiap tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman).
b.      Sholeh Abdul Aziz  dan Abdul Aziz Abdul Madjid, dalam buku “ At-tarbiyah wa Turuqu tadris” mengemukakan :
فالتعلم هو كل سلوك يؤدى الى نمو الفرد وبيائه وجعل خبرته مغايرة لما كانت عليه اولا
Artinya: Belajar adalah setiap prilaku yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang serta menjadikan keahliannya berubah sebagaimana yang dimiliki sebelumnya.[34]

Belajar merupakan suatu hal yang sangat komplek dan banyak seluk-beluknya, maka dari itu dapat timbul definisi-definisi yang berbeda-beda menurut teori belajar yang dianut oleh seseorang. Namun dari berbagai pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. [35]
Setelah menelusuri hal tersebut di atas, maka dapat dipahami mengenai makna kata “prestasi”dan “belajar.” Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan dalam individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh melalui kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri sendiri individu hasil dari aktivitas dalam proses belajar yang berupa ketrampilan, kecakapan dan pengetahuan.

2.2.2        Tujuan Prestasi Belajar Siswa
Pada dasarnya setiap manusia yang melakukan segala aktivitas dalam kehidupannya tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Karena dengan adanya tujuan akan menentukan arah kemana orang itu akan di bawah atau diarahkan.
Untuk mencapai tujuan, diperlukan adanya motivasi yang mendorong untuk berbuat. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata, dalam bukunya Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.[36] Maka tepat sekali apabila Prof.Dr. Nasution menyatakan bahwa belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat dan tujuan anak.[37]
Jadi dengan adanya minat dan keinginan yang kuat seseorang akan lebih ulet dan tabah dalam menghadapi segala rintangan dalam mencapai tujuan. Tujuan merupakan sentral dan arah yang akan dicapai, untuk mencapai tujuan yang maksimal perlu adanya motivasi yang kuat.
Menurut Nasution ada tiga fungsi pokok motivasi yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepas energi.
2.      Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah mana tujuan hendak dicapai.
3.      Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan-tujuan itu dengan menyampaikan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. [38]

Dengan kekuatan motivasi itulah tujuan belajar akan tercapai. Adapun tujuan belajar menurut para ahli pendidikan adalah:
1.      Menurut Winarno Surahmad,  bahwa tujuan belajar adalah:
a.       Pengumpulan pengetahuan
b.      Penanaman konsep ketrampilan
c.       Pembentukan sikap dan perbuatan[39]
2.      Meurut Sardiman A.M,  bahwa tujuan belajar adalah:
a.       Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan fakta lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan, tujuan inilah yang mempunyai kecenderungan lebih besar pengembangannya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.      
b.      Penanaman Konsep Ketrampilan
Peranan konsep atau perumusan konsep-konsep, juga memerlukan suatu ketrampilan-ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan yang dapat diamati, dilihat, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan penghayatan, dan ketrampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Ketrampilan dapat didik dengan banyak melatih kemampuan  
c.       Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, prilaku dan kepribadian anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan pengarahan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan kepribadian guru itu sendiri sebagai contoh atau model [40]
Jadi tujuan belajar merupakan sentral bagi setiap siswa tercapai tidaknya tujuan tersebut pada siswa itu sendiri, bahkan dapat diketahui yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan kegiatan belajar itu banyak bertumpu pada siswa itu sendiri.
Sebagaimana diungkapkan oleh Drs.Oemar Hamalik bahwa:
Kesuksesan itu bagian besar terletak pada usaha kegiatan saudara sendiri, sudah barang tentu faktor keamanan, minat, ketentuan, tekad untuk sukses, cita-cita yang tinggi merupakan unsur mutlak yang bersifat mendukung usaha saudara itu.[41]



2.2.3        Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes), baik aktual maupun potensial sampai dimanakah perubahan itu tercapai atau berhasil baik atau tidaknya tergantung kepada bermacam-macam faktor.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor yang datang dari diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Sebagaimana pendapat Nana Sudjana bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[42]
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu:
a.      Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis
1). Faktor Biologis (Jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan yang perlu diperhatikan dalam faktor ini adalah: pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan,  yang kedua yaitu kondisi kesehatan fisik, kondisi fisik yang sehat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.[43]
2). Faktor Psikologis (Rohaniah)
Faktor psikologis yang mempengaruhui keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang factor tersebut meliputi :
3). Intelegensi Siswa
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar.[44]           
.
4). Minat Siswa
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi belajar, hal ini tidak usah dipertanyakan lagi. Seseorang tidak akan melakukan sesuatu dengan baik tanpa adanya minat untuk melakukannya.[45]

5). Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.[46]
6). Motivasi
One very important influence on performance is motivation, wich is defined as any condition that initiates, guides, and maintains a behavior in an organism. Without motivation, an organism may very well fail to show a behavior that is has learned.[47] (sesuatu terpenting yang berpengaruh pada prestasi yaitu motivasi, diartikan sebagai suatu kondisi yang memulai, menuntun dan memelihara tingkah laku seseorang. Tanpa motivasi seseorang mungkin akan mengalami kegagalan untuk menunjukkan yang telah dipelajari).
b. Faktor Ekstern
Yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini terdiri dari:
a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini meiputi:
1.      Faktor lingkungan keluarga
Faktor linkungan keluarga atau rumah ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseoramg dan keberhasilan belajar.[48]
2.   Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar sisiwa. Disamping itu tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekwen dan konsisten juga sangat menunjang keberhasilan belajar siswa.[49]

3.   Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat ada yang menunjang keberhasilan belajar ada juga yang menghambat.
Lingkungan atau tempat tertentu yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya lembaga-lembaga non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu sedangkan yang menghambat keberhasilan tertentu adalah tempat  hiburan dan keramaian.
Kondisi masyarakat kumuh juga bisa mempengaruhi aktivitas belajar siswa paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika menemukan teman belajar atau berdiskusi.[50]
4. Faktor Instrumen, faktor yang adanya dan pengubahannya direncanakan. Faktor ini terdiri dari empat macam:
a)      Kurikulum
b)      Guru
c)      Administrasi
d)     Sarana dan fasilitas.


2.2.4         Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Belajar merupakan proses aktif. Karena itu belajar akan dapat berhasil jika dilakukan secara rutin dan sistematis. Ciri dari suatu pelajaran yang berhasil salah satunya dapat dilihat dari kadar belajar siswa atau disiplin belajar. Makin tinggi disiplin belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajarya.
Pada umumnya sistem nilai yang ditentukan dunia pendidikan ialah pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar ini selanjutnya dijadikan patokan prilaku yang harus dicapai siswa. Dengan menetapkan prestasi belajar sebagai patokan guru selalu berusaha agar siswa mencapai patokan tersebut. Sudah barang tentu tidak semua siswa berhasil mencapai prestasi yang telah ditetapkan, akan dipandang sebagai siswa yang tidak atau kurang mempunyai kemampuan usaha.
Prestasi belajar selain dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu juga dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan. Untuk mencapai prestasi, diperlukan sifat dan tingkah laku seperti aspirasi yang tinggi, aktif mengerjakan tugas-tugas, kesiapan belajar, sedangkan sifat dan ciri-ciri yang dituntut dalam kegiatan belajar itu hanya terdapat pada individual yang mempunyai disiplin tinggi, sedangkan yang mempunyai disiplin rendah ciri-ciri tersebut tidak ada sehingga akan menghambat dalam kegiatan belajarnya.
Jadi secara teoritis, sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Dengan disiplin, setiap pelajaran akan dilakukan secara efektif dan efisien. Suatu kegiatan dikatakan efektif, bila kegiatan ini mempunyai dampak atau pengaruh. sedangkan dikatakan efisien jika hal maksimal dapat dicapai dengan usaha.
Jika seseorang telah memiliki kedisiplinan dan kebiasaan baik, maka setiap usaha yang dilakukan akan memberikan hasil yang memuaskan. Berdisiplin berarti berusaha untuk mentaati segala ketentuan yang dalam prestasi belajar dapat dicapai dengan baik, jika ada ketaatan terhadap ketentuan ketetapan tersebut. Sehingga dapat dikatakan, jika berdisiplin terhadap ketentuan maka akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Belajar dengan disiplin yang terarah menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya kemampuan belajar siswa. Dengan demikian keberhasilan siswa akan mudah tercapai dengan baik dan memuaskan. Disiplin adalah kunci sukses keberhasilan. 
Pada dasarnya prestasi belajar merupakan akibat dari bentuk belajar terutama belajar yang berdisiplin sehingga dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin dan prestasi belajar masing-masing saling mempengaruhi, sehingga semakin tinggi belajar siswa, semakin besar prestasi yang akan dicapai.
Adapun disiplin yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
1. Disiplin Belajar
Asas lain dalam cara belajar yang baik adalah disiplin. Dengan jalan disiplin untuk melalui arahan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang siswa mungkin mempunyai cara belajar yang baik. Sifat bermalas-malas, keinginan mencari gampangnya saja, keseganan untuk bersusah payah, memusatkan pikiran, kebiasaan untuk melamun dan gangguan lainnya selalu menghantui kebanyakan pelajar. Gangguan itu hanya bisa diatasi seoarang pelajar bila mempunyai disiplin.
Belajar setiap hari mungkin dilakukan kalau seorang pelajar mentaati perencanaan kerja yang tertentu. Godaan-godaan yang dimaksud menangguhkan usaha belajar sampai sudah dekat ujian, hanya dapat dihilangkan kalau dapat mendisiplinkan dirinya sendiri. Disiplin akan menciptakan kemauan untuk bekerja secara teratur.[51]
2. Disiplin Ibadah
Disiplin ibadah yang ditekankan yaitu sholat tepat waktu di masjid sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an:
..... ¨bÎ) no4qn=¢Á9$# ôMtR%x. n?tã šúüÏZÏB÷sßJø9$# $Y7»tFÏ. $Y?qè%öq¨B .  (النساء: 103)
Artinya:  Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.(QS. An-Nisa :103).[52]

 3. Disiplin Waktu
Dr. Syekh Yusuf Al-Qordhowi dalam bukunya, “disipin waktu” menjelaskan bahwa waktu memiliki ciri-ciri cepat habis, waktu yang telah habis tak akan dapat kembali dan tak mungkin dapat diganti.[53]
4. Disiplin Pribadi
  Disiplin inilah yang diharapkan selalu tertanam dalam setiap pribadi. Disiplin sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur prilaku individu. Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama. Disiplin itu tidak hidup akan tetapi mati. Disiplin tidak akan langgeng dan cepat pudar. Disiplin yang tumbuh adalah disiplin atas kesadaran sendiri.
5. Disiplin Kelompok   
  Disiplin kelompok sebagai perwujudan yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia. Misalnya disiplin pada organisasi, kesatuan-kesatuan atau perkumpulan-perkumpulan tertentu.
6. Disiplin Nasional 
Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh yang ditujukan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai-nilai yang berlaku secara nasional, sudah menjadi milik bangsa. Dengan tekad kita dapat membangun, menciptakan kondisi menuju suatu disiplin nasional untuk mencapai tujuan nasional, mencapai taraf hidup dan kesejahteraan yang semakin meningkat.[54]
Berangkat dari disiplin diatas, disiplin belajar, disiplin ibadah, disiplin waktu, disiplin pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional maka akan berpengaruh pada prestasi belajar baik secara langsung maupun tidak langsung.


[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hal: 747.
[2] Santoso Sastropoetra, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Penerbit Alumni, Bandung, hal: 747.
[3] Julie Andrews, "Discipline", dalam Shelia Ellison and Barbara An Barnet Ph.D, 365 Ways to help your Children Grow, Sourcebook, Naperville, Illinois, 1996, hal: 195.
[4] Mahmud Yunus dan Muhammad Qosim Bakri, “At Tarbiyah wa Ta’lim“ Juz II, Darussalam Pers, Ponorogo, 1991, hal: 36.
[5] Depag RI, Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1993, hal: 790.
[6] Ibid, hal: 138.
[7] Hurlock EB, Loc. Cit, hal: 82.
[8] Soekarto Indra Fachrudin, Administrasi Pendidikan, Tim Publikasi, FIB IKIP Malang,1989, hal: 108.
[9] Muhammad Kasiran, Ilmu Jiwa Perkembangan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hal: 27.
[10] John Brierly, Give me A Child Until The is Seven, Brain Stadies Early Childhood Education, The Falmer Perss, London and Washington DC, 1994, hal: 98.
[11] Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hal: 152.
[12] Soegeng Prijodarminto,  Loc. Cit.
[13] Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, CV. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hal:46.
[14] Tursan Hakim, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara, Jakarta, 2001, hal: 26.
[15] Ahmad Amin, Etika, Bulan Bintang, Jakarta, 1975, hal: 30.
[16] Charles Schaefer, Op. Cit., hal:14.
[17] Muhammad Qutb, Op. Cit., hal: 67.
[18] Depag RI, Op. Ci.t, hal: 670.
[19] Muhammad Qutb, Op. Cit., hal: 325.
[20] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, Jakarta, 2001, hal: 95.
[21] Muhammad Qutb,Op. Cit., hal: 334.
[22] Charles Schaefer, Op. Cit., hal:130.
[23] AS Horby, Oxford Advanced Dictionary of Current English, Oxford University Press, Oxford, 1986, hal: 14.
[24] Depag RI, Op. Cit., hal: 223.
[25] Charles Schaefer, Op. Cit., hal: 176.
[26] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm: 88.
[27] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op. Cit., hal: 787.
[28] Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictonary, Modern English Press, Jakarta, 1986, hal: 18.
[29] Saiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya, 1994, hal: 20-21
[30] Ibid, hal: 21.
[31] Thursan Hakim, Op. Cit., hal: 1.
[32] WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta 1989, hal: 36.
[33] Arno F. Wittig, Psychology of Learning, M.C Grow-Hill Book Company, 1997, hal: 2.
[34] Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid, At-Tarbiyah wa Turuqu Tadris, Darul ma’arif. Mesir, 1919, hal: 179.
[35] Slameto, Op. Cit., hal: 2.
[36] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,Rajawali Press, Jakarta, 199, hal: 70.   
[37] Nasution, Didaktif Asas-Asas Mengajar, Jemmare, Bandung, 1986, hal: 65.
[38] Ibid, hal: 79-80.
[39]  Winarno Surahmad, Pengantar Interaksi Proses Belajar Mengajar, Tarsito, Bandung, 1986, hal: 65.
[40] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Rajawali Pers, Jakarta, Cet 3, 1992, hal: 28-29. 
[41] Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1983, hal: 2.
[42] Nana Sudjana, Op. Cit., hal: 39.  
[43] Thursan Hakim, Op. Cit.,  hal: 11.  
[44] Ibid, hal: 13.
[45] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hal: 136.
[46] Muhibbin Syah, Op. Cit., hal: 135.
[47] Arno F. Wittig, Op. Cit., hal: 3.
[48] Thursan Hakim, Op.Cit., hal: 17.
[49] Ibid, hal: 18.
[50] Muhibbin Syah, Op. Cit., hal: 137.
[51] The Liang Gie,  Op. Cit., hal: 59.
[52] Depag RI, Op. Cit., hal: 138.
[53] Syekh Yusuf Al-Qordhawi, Disiplin Waktu dalam Kehidupan Seorang Muslim, Penerjemah M. Qodirun Nur, Ramadhani, Solo, 1989, hlm: 25.
[54] Soegeng Prijodarminto, Op. Cit., hlm: 26.
 



[1] Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Usaha Sosial, Surabaya, 1981, hal: 83.
[2] Fuad Hasan, Dasar-dasar Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal: 2.
[3] Ibid, hal: 5.
4 Ahmadi, A. . Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal: 70.

[5] Ibid, hal: 163.
[6] Drs. Agus Suejanto, Bimbingan Kearah Belajar Yang Sukses, Aksara Baru, 1990, hal: 70.
[7] K.H. Zainudin Fannani, Hakikat Disiplin, Dalam Buletin An-Nada, Nomer 1, Tahun 1, November 1991.
[8] Depag RI, Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahannya, Surya Cipta Aksara, Surabaya, 1993,  hal: 138.
[9] Prof. Dr. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995, hal: 117.